Taekwondo sebagai seni atau cara mendisiplinkan diri/seni bela
diri yang menggunakan kaki dan tangan kosong. Jika ditinjau berdasarkan arti
tiap kata seperti berikut: kata tae
artinya kaki/menghancurkan dengan teknik tendangan, kata kwon artinya tangan/menghantam dan mempertahankan diri dengan
teknik tangan, serta kata do artinya
seni/cara mendisiplinkan diri. Menurut Jean Claude Corbeil dan Ariane
Archambault dalam Visual Dictionary,
taekwondo dapat dikelompokkan dalam combat
sport atau olahraga beladiri.
Sejarah
taekwondo, perjalanan taekwondo dari negeri asalnya,
Korea, sudah dimulai sebelum 2000 tahun yang lalu, dengan berbagai nama dan aliran
beladiri yang akhirnya baru dapat disatukan menjadi taekwondo sejak tahun 1954,
setelah mengalami berbagai modifikasi dan penyempurnaan dalam kurun waktu yang cukup
panjang. Di Korea pada masa kuno, ada beladiri yang dianggap sebagai cikal
bakal beladiri taekwondo yang disebut subak,
taekkyon, takkyon. Pada masa pertengahan, saat dinasti Koryo berkuasa, abad
X- XIV, perkembangan jenis beladiri ini mengalami surut karena mulai dikenal
mesiu dan penggunaan senjata api. Tahun 1961 namanya berubah menjadi Taesoodo, tetapi beberapa tahun kemudian
kembali ke nama semula, dan tahun 1965 berdiri organisasi nasional dengan nama
Korea Taekwondo Association (KTA). Pada tahun 1973 berdiri The World Taekwondo
Federation (WTF), dan tahun 1998 dengan salah satu tujuan untuk mengembangkan
cabang ini lebih mendunia didirikanlah Taekwondo Academy.
Di Indonesia beladiri asal Korea ini
mulai dikenal dan berkembang tahun 1970an, ditandai dengan berdirinya dua
organisasi yang sama-sama mengklaim sebagai organisasi taekwondo nasional,
yaitu Persatuan Taekwondo Indonesia (PTI) dan Federasi Taekwondo Indonesia
(FTI). Barulah pada tahun 1981 ‘perseteruan’ (dalam tanda petik) tersebut dapat
diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi taekwondo tersebut menjadi satu
wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris berada di bawah
WTF.
Teknik-teknik dalam taekwondo terdiri atas beberapa komponen
dasar, yaitu: kepalan (Jumeok), sikap
kuda-kuda (seogi), teknik serangan (kongkyok kisul) yang terdiri dari:
pukulan (jierugi), sabetan (chigi), tusukan (chireugi), dan tendangan (chagi),
kemudian teknik bertahan/menangkis (makki)
serta jurus atau teknik rangkaian gerakan dasar (poomse).
Sikap kuda-kuda atau seogi, dibagi tiga yaitu: sikap
kuda-kuda terbuka, tertutup, dan sikap kuda-kuda khusus.
Pukulan atau jierugi, terdiri atas beberapa macam yaitu: pukulan lurus ke depan,
lurus ke samping, ke arah rahang sambil menarik, pukulan ganda mengait ke atas.
Sabetan atau chigi terdiri atas beberapa macam, yaitu: tunggal dengan pisau
tangan, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah dengan bantalan kepalan bagian
ruas kelingking, depan menggunakan bonggol atas kepalan dengan sasaran atas,
memutar dengan siku, sikutangan dengan sasaran terpegang, menggunakan lutut,
dari dalam ke luar dengan menggunakan bonggol atas kepalan.
Tusukan atau chireugi, terdiri atas beberapa macam yaitu: dengan telapak tangan
tegak, dengan dua ujung jari ke arah mata.
Tendangan atau chagi, terdiri atas beberapa macam yaitu: tendangan depan,
serong/memutar, samping, belakang, menurun/mencangkul, twio yeop chagi, dwi huryeo chagi, dubal dangsang chagi, twio ap chagi,
dan twio dwi chagi.
Tangkisan atau makki, terdiri atas beberapa macam yaitu: ke bawah, ke atas, ke
tengah dari luar ke dalam, ke tengah dari dalam ke luar, ke tengah dengan pisau
tangan, ke tengah dari luar dengan bantalan telapak tangan, menggunting,
melintir dengan satu pisau tangan, tangkisan ganda ke luar, silang ke arah
bawah, ganda memotong arah bawah dan ke luar.
Sedangkan Poomse atau rangkaian jurus merupakan salah satu (dari tiga)
pelajaran pokok bagi seseorang yang mempelajari taekwondo, dan menjadi materi
wajib dalam ujian kenaikan tingkat sampai dengan sabuk hitam. Dua pelajaran
lain yang dimaksud adalah kyukpa atau
teknik pemecahan benda keras, dan kyoruki
atau pertarungan.
Poomse yang artinya rangkaian gerakan dasar
dalam taekwondo, terdiri dari : Tae Geuk
yang berjumlah 8 Jang (poomse untuk
sabuk putih sampai dengan sabuk merah) dan poomse
untuk sabuk hitam yang terdiri dari Koryo,
Keumgang, Taebaek, Pyongwon, Sipjin, Jitae, Cheonkwon, Hansoo, dan Ilyo
Delapan Jang pada poomse tae geuk berdasarkan filosofi timur mewakili
karakter manusia serta unsur-unsur yang ada di alam semesta. Tae geuk 1 sampai 8, secara berturutan
menerapkan prinsip: keon, tae, ri, jin,
seon, gam, gan, serta gon. Dalam Tae geuk mengikuti hukum alam, yaitu Um-Yang, mirip dengan konsep hukum
keseimbangan yang berkembang di Cina, Ying-Yang.
Konsep yang berdasar pada kesimbangan alam semacam ini juga berkembang dengan
baik di sebagian bangsa-bangsa Timur, khususnya yang telah memiliki budaya
cukup maju.
Poomse
tae geuk, mulai dari 1 Jang sampai dengan 8 Jang, masing-masing terdiri dari banyak poom yang jumlahnya bervariasi antara 18
sampai 27 poom. Secara rinci
masing-masing tae geuk jang adalah
sebagai berikut: Tae geuk 1 Jang terdiri dari 18 poom, Tae geuk 2 Jang ada 18 poom, Tae geuk 3 Jang ada 20 poom, Tae geuk
4 Jang ada 20 poom, Tae geuk 5 Jang ada
20 poom, Tae geuk 6 Jang ada 19 poom, Tae geuk 7 Jang ada
25 poom, serta Tae geuk 8 Jang ada 27 poom.
Selain itu ada juga poomse yang harus dikuasai oleh para pemegang
sabuk hitam, dimulai dari Koryo (untuk Untuk pemegang sabuk hitam Dan I), Keumgang (Untuk pemegang sabuk hitam Dan II), Taebaek (Untuk
pemegang sabuk hitam Dan III), Pyongwon (Untuk pemegang sabuk hitam Dan IV), Sipjin (Untuk pemegang
sabuk hitam Dan V), Jitae (Untuk pemegang sabuk hitam Dan
VI), Cheonkwon (Untuk pemegang sabuk hitam Dan VII), Hansoo (Untuk pemegang
sabuk hitam Dan VIII), Ilyo (Untuk pemegang sabuk hitam Dan
IX).
Arti pola dari Koryo (Korea) adalah nama sebuah Dinasti Korea tua. Orang-orang
dari masa Koryo-Mongolia mengalahkan agresor. Semangat mereka tercermin dalam
gerakan Poomse Koryo. Setiap gerakan
Poomse ini mewakili kekuatan dan energi yang diperlukan untuk mengendalikan
Mongol.
Definisi Keumgang adalah “Terlalu kuat untuk dilanggar”, atau “berlian”.
Pergerakan poomse adalah Keumgang seindah Keumgang-san (a Korea pegunungan) dan sekuat Keumgang-seok (intan).
Arti pola dari Taebaek adalah legendaris ‘Dangoon’
mendirikan sebuah bangsa di Taebaek,
dekat gunung terbesar Korea Baekdoo.
Baekdoo adalah simbol untuk Korea. Definisi Taebaek adalah “ringan”. Setiap gerakan poomse ini tidak hanya harus tepat dan cepat, namun dengan tekad
dan kekerasan
Pyongwon berarti sebuah dataran yang terbentang
luas. Ini adalah sumber kehidupan untuk semua makhluk dan lapangan di mana
manusia menjalani kehidupan.poomsae pyongwon
yang didasarkan pada gagasan perdamaian dan perjuangan yang dihasilkan dari
prinsip-prinsip asal-usul dan penggunaan. Teknik-teknik baru yang
diperkenalkan dalam poomsae ini
adalah palkup ollyochigi, olgul
kodureo yop-makki, dangkyo teokchigi, meongyechigi, hechosanteulmakki, dll. Junbiseogi adalah moaseogi
wenkyopson (tangan kiri berpangku di atas tangan kanan), yang membutuhkan
kekuatan konsentrasi di perut bagian bawah, sumber kekuatan tubuh, seperti
tanah adalah awal dan sumber kehidupan manusia. Garis poomsae berarti
asal-usul dan transformasi dataran.
Kata “Sipjin” berasal dari pikiran dari 10 umur panjang, yang mana para
pendukung ada sepuluh makhluk hidup ber-umur panjang, yaitu, matahari, bulan,
gunung, air, batu, pohon cemara, ramuan pemuda yang kekal, kura-kura, rusa dan
burung bangau. Mereka adalah dua benda-benda langit, 3 sumber daya alam, dua
tumbuhan dan 3 hewan, semua memberikan iman, pengharapan dan kasih manusia. Poomsae Sipjin melambangkan hal-hal itu.
Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di poomsae
ini hwangso-Makki, sonbadak kodureo
Makki, bawimilgi (mendorong karang), sonnaldeung
hechomakki momtong, kklyeolligi (mengangkat), chetdarijireugi (jireugi berbentuk
garpu), araemakki otkereo sonnal,
sonnaldeung momtongmakki, yang berjumlah 10. Huruf Cina berarti sepuluh
adalah bentuk garis poomsae, yang
berarti suatu penomoran yang tak terbatas dari sistem desimal dan pengembangan
terus-menerus.
Kata “Jitae” berarti seorang pria yang berdiri di tanah dengan kedua
kaki, memandang ke langit. Seorang pria di bumi merupakan cara berjuang
untuk kehidupan manusia, seperti menendang, menginjak dan melompat di atas
tanah. Oleh karena itu, poomsae
melambangkan berbagai aspek yang terjadi dalam program perjuangan manusia untuk
eksistensi. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di poomsae ini hansonnal
olgul-makki, keumgang momtong-jireugi, anpalmok kodureo makki dan meJumeok yop pyojeok-chigi saja, dan
garis poomsae menandakan seorang pria
yang berdiri di bumi untuk bertumbuh ke arah langit.
Cheonkwon berarti ‘langit’. Langit seharusnya
dilihat sebagai penguasa alam semesta. Misterius, tak terbatas dan mendalam.
Gerakan Cheonkwon penuh kesalehan dan
vitalitas.
Poomse
Hansoo berasal dari
fluiditas air yang mudah beradaptasi di dalam alam.
Negara budidaya spiritual dalam
Buddhisme disebut ‘Ilyo’ yang berarti
‘kesatuan’ lebih atau kurang. Dalam Ilyo,
tubuh dan pikiran, jiwa dan substansi, saya dan anda bersatu. Cita-cita utama
dari Tae Kwon Do dapat ditemukan di
negara ini. Ini adalah disiplin di mana kami berkonsentrasi pada setiap gerakan
meninggalkan semua pikiran materialistis, obsesi dan pengaruh eksternal.
Ada tujuh pedoman yang sangat penting
untuk diperhatikan dalam mempelajari poomse, pertama (1) adalah pelajari dulu
satu poomse dengan baik baru melangkah
untuk mempelajari yang berikutnya. Mengapa demikian? Karena kekurangsempurnaan
melakukan poomse awal sangat
mempengaruhi penguasaan kemampuan poomse selanjutnya.
Selanjutnya, (2) gerakan dimulai dan berakhir pada titik atau posisi yang sama,
(3) kontrol ditujukan pada penyaluran dan pengerahan tenaga secara benar, (4)
perhatikan perbedaan kecepatan pada setiap gerakan, (5) setiap langkah harus di-lakukan
dengan konstan, (6) pelajari dengan benar pengaturan napas dan teriakan, serta
(7) lakukan setiap teknik gerakan setepat mungkin.
Demikian sekilas tentang Taekwondo yang dapat disampaikan, dan merupakan hasil upaya saya untuk mencoba merangkum dan mengambil intisari dari berbagai referensi yang ada dengan harapan nantinya dapat bermanfaat dan digunakan untuk meningkatkan kompetensi para taekwondoin umumnya dan khususnya kedua putera saya yang telah berhasil memeperoleh "sabuk hitam Dan I" di tahun 2012 ini pada usuianya yang masih muda yakni M. Fadhil Mufid pada usia 12 Tahun dan M. Fikri Azhari pada usia 10 Tahun.
Bravo...My Son...
-----
Jakarta, Juni
2012