Sabtu, 16 Juni 2012

R A M A Y A N A


A.   Prabu Dasarata dari Ayodhya

Wiracarita Ramayana menceritakan kisah Sang Rama yang memerintah di Kerajaan Kosala, di sebelah utara Sungai Gangga, ibukotanya Ayodhya. Sebelumnya diawali dengan kisah Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Dari Dewi Kosalya, lahirlah Sang Rama. Dari Dewi Kekayi, lahirlah Sang Bharata. Dari Dewi Sumitra, lahirlah putera kembar, bernama Lakshmana dan Satrugna. Keempat pangeran tersebut sangat gagah dan mahir bersenjata.
Pada suatu hari, Resi Wiswamitra meminta bantuan Sang Rama untuk melindungi pertapaan di tengah hutan dari gangguan para rakshasa. Setelah berunding dengan Prabu Dasarata, Resi Wiswamitra dan Sang Rama berangkat ke tengah hutan diiringi Sang Lakshmana. Selama perjalanannya, Sang Rama dan Lakshmana diberi ilmu kerohanian dari Resi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya membunuh para rakshasa yang mengganggu upacara para Resi. Ketika mereka melewati Mithila, Sang Rama mengikuti sayembara yang diadakan Prabu Janaka. Ia berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Dewi Sita, puteri Prabu Janaka. Dengan membawa Dewi Sita, Rama dan Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya.
Prabu Dasarata yang sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas permohonan Dewi Kekayi, Sang Prabu dengan berat hati menyerahkan tahta kepada Bharata sedangkan Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Bharata menginginkan Rama sebagai penerus tahta, namun Rama menolak dan menginginkan hidup di hutan bersama istrinya dan Lakshmana. Akhirnya Bharata memerintah Kerajaan Kosala atas nama Sang Rama.

B.   Rama hidup di hutan

Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu dengan berbagai rakshasa, termasuk Surpanaka. Karena Surpanaka bernafsu dengan Rama dan Lakshmana, hidungnya terluka oleh pedang Lakshmana. Surpanaka mengadu kepada Rawana bahwa ia dianiyaya. Rawana menjadi marah dan berniat membalas dendam. Ia menuju ke tempat Rama dan Lakshmana kemudian dengan tipu muslihat, ia menculik Sita, istri Sang Rama. Dalam usaha penculikannya, Jatayu berusaha menolong namun tidak berhasil sehingga ia gugur.
Rama yang mengetahui istrinya diculik mencari Rawana ke Kerajaan Alengka atas petunjuk Jatayu. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sugriwa, Sang Raja Kiskindha. Atas bantuan Sang Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan dari kekuasaan kakaknya, Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa bersekutu dengan Sang Rama untuk menggempur Alengka. Dengan dibantu Hanuman dan ribuan wanara, mereka menyeberangi lautan dan menggempur Alengka.

C.   Rama menggempur Rawana

Rawana yang tahu kerajaannya diserbu, mengutus para sekutunya termasuk puteranya – Indrajit – untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya) diabaikan dan ia malah diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajit melepas senjata nagapasa dan memperoleh kemenangan, namun tidak lama. Ia gugur di tangan Lakshmana. Setelah sekutu dan para patihnya gugur satu persatu, Rawana tampil ke muka dan pertarungan berlangsung sengit. Dengan senjata panah Brahmāstra yang sakti, Rawana gugur sebagai ksatria.
Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan kepada Wibisana. Sita kembali ke pangkuan Rama setelah kesuciannya diuji. Rama, Sita, dan Lakshmana pulang ke Ayodhya dengan selamat. Hanuman menyerahkan dirinya bulat-bulat untuk mengabdi kepada Rama. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut mereka dengan takzim dan menyerahkan tahta kepada Rama.

Jumat, 08 Juni 2012

Pernikahan Adat Betawi



   1.  Ngedelengin
Untuk sampai ke jenjang pernikahan, sepasang muda-mudi betawi (sekarang) biasanya melalui tingkat pacaran yang disebut berukan. Masa ini dapat diketahui oleh orangtua kedua belah pihak, tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah pihak tidak mengetahui anaknya sedang pacaran.

Sistem pernikahan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi betawi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa betawi terjadi dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orangtua kedua belah pihak sangat penting, karena orangtualah yang akan membantu terlaksanakannya pernikahan tersebut.

Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya pernikahan adat adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Bila sudah ada kecocokan, orangtua pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis. Masa perkenalan antara pria dan wanita pada budaya Betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu saja atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang seperti Encing atau Encang (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.

Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum pernikahan dalam adat Betawi adalah ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orangtua si pemuda. Hal ini merupakan awal dari tugas dan pekerjaan ngedelengin.

Ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri. Pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat. Keriaan seperti ini melibatkan partisipasi pemuda. Di sinilah ajang tempat bertemu dan saling kenalan antara pemuda dan pemudi. Ngedelengin juga bisa dilakukan oleh orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.

Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah si gadis. Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak Comblang memberikan uang sembe (angpaw) kepada si gadis. Kemudian setelah ada kecocokan, sampailah pada penentuan ngelamar. Pada saat itu Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan ngelamar.

   2.  Nglamar
Bagi orang Betawi, ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut. Pada saat melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai wanita harus sudah tamat membaca Al Quran. Yang harus dipersiapkan dalam ngelamar ini adalah:
a.  Sirih lamaran
b.  Pisang raja
c.  Roti tawar
d.  Hadiah Pelengkap
e.  Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.

3.Bawa tande putus
Tanda putus bisa berupa apa saja. Tetapi biasanya pelamar dalam adat betawi memberikan bentuk cincin belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus artinya bahwa none calon mantu telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan acara akad nikah.

Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acara ini dibicarakan:
a.  apa cingkrem (mahar) yang diminta
b.  nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
c.  apa kekudang yang diminta
d.  pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
e.  berapa lama pesta dilaksanakan
g.  berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara resepsi
h.  siapa dan berapa banyak undangan.

4.  Akad Nikah
Sebelum diadakan akad nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah yang terdiri dari:
a.  Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
b.  Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
c.  Acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih cantik dari biasanya.
d.  Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.

Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad nikah. Pada saat ini, calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu dengan membawa rombongannya yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah, mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarganya tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka. Barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:
a.  sirih nanas lamaran
b.  sirih nanas hiasan
c.  mas kawin
d.  miniatur masjid yang berisi uang belanja
e.  sepasang roti buaya
f.   sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
g.  jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
h.  hadiah pelengkap
i.   kue penganten
j.   kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa
     
Pada prosesi ini mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.
Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.
Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
5.  Acare Negor
Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah None Penganten. Meskipun nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk kumpul sebagaimana layaknya suami-istri. None penganten harus mampu memperthankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara pun, None penganten harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.
Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.
6.  Pulang Tige Ari
Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di rumah none penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu.
 7.  Adat Menetap setelah Menikah
Dalam masyarakat dan kebudayaan Betawi, adat tidak menentukan di lingkungan mana pengantin baru itu harus tinggal menetap. Pengantin baru diberi kebebasan memilih di mana mereka akan menetap. Walaupun pada masyarakat dan kebudayaan Betawi berlaku pola menetap yang ambilokal atau utrolokal, tetapi ada kecenderungan pada pola menetap yamg matrilokal atau unorilokal dewasa ini.

Sabtu, 02 Juni 2012

TEAM WORK


Bekerja dengan sukses sebagai tim adalah tidak semudah kelihatannya. kerjasama yang efektif tentu saja tidak hanya terjadi secara otomatis, tetapi membutuhkan banyak kerja keras dan kompromi. Ada beberapa faktor yang harus di tempat untuk melekat bersama sebagai sebuah tim dan bekerja secara lancar.
Faktor Pertama, kepemimpinan  yang baik. Kepemimpinan yang efektif merupakan salah satu komponen terpenting dari kerja tim yang baik. Pemimpin tim harus memiliki keterampilan untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang positif dan memotivasi dan menginspirasi para anggota tim untuk mengambil pendekatan yang positif untuk bekerja dan berkomitmen tinggi. Seorang pemimpin tim yang efektif akan meningkatkan tingkat tinggi moral dan membuat mereka merasa didukung dan dihargai.
Kedua, komunikasi yang jelas. Komunikasi merupakan faktor penting dari semua interaksi interpersonal dan terutama yang dari suatu tim. Anggota tim harus mampu mengartikulasikan perasaan mereka, mengungkapkan rencana dan tujuan, berbagi ide dan melihat sudut pandang masing-masing.

Kertiga, menetapkan peran. Hal ini mutlak diperlukan bagi anggota tim untuk memahami apa peran mereka dalam tim ini, apa yang dia bertanggung jawab atas. Pemimpin tim dapat mengaktifkannya dengan menetapkan tujuan secara jelas di awal pembentukan tim.
Keempat resolusi konflik. Konflik akan timbul tidak peduli seberapa baik fungsi tim bersama-sama. Cara terbaik untuk konflik counter adalah memiliki metode terstruktur resolusi konflik. Anggota tim harus mampu menyuarakan keprihatinan mereka tanpa takut menyinggung perasaan orang lain. Alih-alih menghindari isu-isu konflik, tangan-pendekatan yang menyelesaikan dengan cepat jauh lebih baik. Hal ini sering disarankan bahwa pemimpin tim duduk dengan pihak-pihak yang saling bertentangan dan membantu bekerja di luar perbedaan mereka tanpa memihak dan berusaha untuk tetap obyektif jika memungkinkan.
Kelima, mengatur contoh yang baik. Pemimpin tim harus menetapkan contoh yang baik bagi kerjasama yang baik untuk datang tentang. Dalam rangka menjaga anggota tim yang positif dan berkomitmen dan termotivasi, pemimpin tim sendiri / dirinya sendiri perlu untuk menunjukkan kualitas ini. Tim terlihat pemimpin untuk dukungan dan bimbingan sehingga setiap negatif pada bagian pemimpin bisa menjadi bencana.

TAEKWONDO


Taekwondo sebagai seni atau cara mendisiplinkan diri/seni bela diri yang menggunakan kaki dan tangan kosong. Jika ditinjau berdasarkan arti tiap kata seperti berikut: kata tae artinya kaki/menghancurkan dengan teknik tendangan, kata kwon artinya tangan/menghantam dan mempertahankan diri dengan teknik tangan, serta kata do artinya seni/cara mendisiplinkan diri. Menurut Jean Claude Corbeil dan Ariane Archambault dalam Visual Dictionary, taekwondo dapat dikelompokkan dalam combat sport atau olahraga beladiri.
Sejarah taekwondo, perjalanan taekwondo dari negeri asalnya, Korea, sudah dimulai sebelum 2000 tahun yang lalu, dengan berbagai nama dan aliran beladiri yang akhirnya baru dapat disatukan menjadi taekwondo sejak tahun 1954, setelah mengalami berbagai modifikasi dan penyempurnaan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Di Korea pada masa kuno, ada beladiri yang dianggap sebagai cikal bakal beladiri taekwondo yang disebut subak, taekkyon, takkyon. Pada masa pertengahan, saat dinasti Koryo berkuasa, abad X- XIV, perkembangan jenis beladiri ini mengalami surut karena mulai dikenal mesiu dan penggunaan senjata api. Tahun 1961 namanya berubah menjadi Taesoodo, tetapi beberapa tahun kemudian kembali ke nama semula, dan tahun 1965 berdiri organisasi nasional dengan nama Korea Taekwondo Association (KTA). Pada tahun 1973 berdiri The World Taekwondo Federation (WTF), dan tahun 1998 dengan salah satu tujuan untuk mengembangkan cabang ini lebih mendunia didirikanlah Taekwondo Academy.
Di Indonesia beladiri asal Korea ini mulai dikenal dan berkembang tahun 1970an, ditandai dengan berdirinya dua organisasi yang sama-sama mengklaim sebagai organisasi taekwondo nasional, yaitu Persatuan Taekwondo Indonesia (PTI) dan Federasi Taekwondo Indonesia (FTI). Barulah pada tahun 1981 ‘perseteruan’ (dalam tanda petik) tersebut dapat diselesaikan dengan disatukannya dua organisasi taekwondo tersebut menjadi satu wadah yakni Taekwondo Indonesia (TI) yang secara organisatoris berada di bawah WTF.
Teknik-teknik dalam taekwondo terdiri atas beberapa komponen dasar, yaitu: kepalan (Jumeok), sikap kuda-kuda (seogi), teknik serangan (kongkyok kisul) yang terdiri dari: pukulan (jierugi), sabetan (chigi), tusukan (chireugi), dan tendangan (chagi), kemudian teknik bertahan/menangkis (makki) serta jurus atau teknik rangkaian gerakan dasar (poomse).
Sikap kuda-kuda atau seogi, dibagi tiga yaitu: sikap kuda-kuda terbuka, tertutup, dan sikap kuda-kuda khusus.
Pukulan atau jierugi, terdiri atas beberapa macam yaitu: pukulan lurus ke depan, lurus ke samping, ke arah rahang sambil menarik, pukulan ganda mengait ke atas.
Sabetan atau chigi terdiri atas beberapa macam, yaitu: tunggal dengan pisau tangan, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah dengan bantalan kepalan bagian ruas kelingking, depan menggunakan bonggol atas kepalan dengan sasaran atas, memutar dengan siku, sikutangan dengan sasaran terpegang, menggunakan lutut, dari dalam ke luar dengan menggunakan bonggol atas kepalan.
Tusukan atau chireugi, terdiri atas beberapa macam yaitu: dengan telapak tangan tegak, dengan dua ujung jari ke arah mata.
Tendangan atau chagi, terdiri atas beberapa macam yaitu: tendangan depan, serong/memutar, samping, belakang, menurun/mencangkul, twio yeop chagi, dwi huryeo chagi, dubal dangsang chagi, twio ap chagi, dan twio dwi chagi.
Tangkisan atau makki, terdiri atas beberapa macam yaitu: ke bawah, ke atas, ke tengah dari luar ke dalam, ke tengah dari dalam ke luar, ke tengah dengan pisau tangan, ke tengah dari luar dengan bantalan telapak tangan, menggunting, melintir dengan satu pisau tangan, tangkisan ganda ke luar, silang ke arah bawah, ganda memotong arah bawah dan ke luar.
Sedangkan Poomse atau rangkaian jurus merupakan salah satu (dari tiga) pelajaran pokok bagi seseorang yang mempelajari taekwondo, dan menjadi materi wajib dalam ujian kenaikan tingkat sampai dengan sabuk hitam. Dua pelajaran lain yang dimaksud adalah kyukpa atau teknik pemecahan benda keras, dan kyoruki atau pertarungan.
Poomse yang artinya rangkaian gerakan dasar dalam taekwondo, terdiri dari : Tae Geuk yang berjumlah 8 Jang (poomse untuk sabuk putih sampai dengan sabuk merah) dan poomse untuk sabuk hitam yang terdiri dari Koryo, Keumgang, Taebaek, Pyongwon, Sipjin, Jitae, Cheonkwon, Hansoo, dan Ilyo
Delapan Jang pada poomse tae geuk berdasarkan filosofi timur mewakili karakter manusia serta unsur-unsur yang ada di alam semesta. Tae geuk 1 sampai 8, secara berturutan menerapkan prinsip: keon, tae, ri, jin, seon, gam, gan, serta gon. Dalam Tae geuk mengikuti hukum alam, yaitu Um-Yang, mirip dengan konsep hukum keseimbangan yang berkembang di Cina, Ying-Yang. Konsep yang berdasar pada kesimbangan alam semacam ini juga berkembang dengan baik di sebagian bangsa-bangsa Timur, khususnya yang telah memiliki budaya cukup maju.
Poomse tae geuk, mulai dari 1 Jang sampai dengan 8 Jang, masing-masing terdiri dari banyak poom yang jumlahnya bervariasi antara 18 sampai 27 poom. Secara rinci masing-masing tae geuk jang adalah sebagai berikut: Tae geuk 1 Jang terdiri dari 18 poom, Tae geuk 2 Jang ada 18 poom, Tae geuk 3 Jang ada 20 poom, Tae geuk 4 Jang ada 20 poom, Tae geuk 5 Jang ada 20 poom, Tae geuk 6 Jang ada 19 poom, Tae geuk 7 Jang ada 25 poom, serta Tae geuk 8 Jang ada 27 poom.
Selain itu ada juga poomse yang harus dikuasai oleh para pemegang sabuk hitam,  dimulai dari Koryo (untuk Untuk pemegang sabuk hitam Dan I), Keumgang (Untuk pemegang sabuk hitam Dan II), Taebaek (Untuk pemegang sabuk hitam Dan III), Pyongwon (Untuk pemegang sabuk hitam Dan IV), Sipjin (Untuk pemegang sabuk hitam Dan V), Jitae (Untuk pemegang sabuk hitam Dan VI), Cheonkwon (Untuk pemegang sabuk hitam Dan VII), Hansoo (Untuk pemegang sabuk hitam Dan VIII), Ilyo (Untuk pemegang sabuk hitam Dan IX).
Arti pola dari Koryo (Korea) adalah nama sebuah Dinasti Korea tua. Orang-orang dari masa Koryo-Mongolia mengalahkan agresor. Semangat mereka tercermin dalam gerakan Poomse Koryo. Setiap gerakan Poomse ini mewakili kekuatan dan energi yang diperlukan untuk mengendalikan Mongol.
Definisi Keumgang adalah “Terlalu kuat untuk dilanggar”, atau “berlian”. Pergerakan poomse adalah Keumgang seindah Keumgang-san (a Korea pegunungan) dan sekuat Keumgang-seok (intan).
Arti pola dari Taebaek adalah legendaris ‘Dangoon’ mendirikan sebuah bangsa di Taebaek, dekat gunung terbesar Korea Baekdoo. Baekdoo adalah simbol untuk Korea. Definisi Taebaek adalah “ringan”. Setiap gerakan poomse ini tidak hanya harus tepat dan cepat, namun dengan tekad dan kekerasan
Pyongwon berarti sebuah dataran yang terbentang luas. Ini adalah sumber kehidupan untuk semua makhluk dan lapangan di mana manusia menjalani kehidupan.poomsae pyongwon yang didasarkan pada gagasan perdamaian dan perjuangan yang dihasilkan dari prinsip-prinsip asal-usul dan penggunaan. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan dalam poomsae ini adalah palkup ollyochigi, olgul 
kodureo yop-makki, dangkyo teokchigi, meongyechigi, hechosanteulmakki
, dll. Junbiseogi adalah moaseogi wenkyopson (tangan kiri berpangku di atas tangan kanan), yang membutuhkan kekuatan konsentrasi di perut bagian bawah, sumber kekuatan tubuh, seperti tanah adalah awal dan sumber kehidupan manusia. Garis poomsae berarti asal-usul dan transformasi dataran.
Kata “Sipjin” berasal dari pikiran dari 10 umur panjang, yang mana para pendukung ada sepuluh makhluk hidup ber-umur panjang, yaitu, matahari, bulan, gunung, air, batu, pohon cemara, ramuan pemuda yang kekal, kura-kura, rusa dan burung bangau. Mereka adalah dua benda-benda langit, 3 sumber daya alam, dua tumbuhan dan 3 hewan, semua memberikan iman, pengharapan dan kasih manusia. Poomsae Sipjin melambangkan hal-hal itu. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di poomsae ini hwangso-Makki, sonbadak kodureo Makki, bawimilgi (mendorong karang), sonnaldeung hechomakki momtong, kklyeolligi (mengangkat), chetdarijireugi (jireugi berbentuk garpu), araemakki otkereo sonnal, sonnaldeung momtongmakki, yang berjumlah 10. Huruf Cina berarti sepuluh adalah bentuk garis poomsae, yang berarti suatu penomoran yang tak terbatas dari sistem desimal dan pengembangan terus-menerus.
Kata “Jitae” berarti seorang pria yang berdiri di tanah dengan kedua kaki, memandang ke langit. Seorang pria di bumi merupakan cara berjuang untuk kehidupan manusia, seperti menendang, menginjak dan melompat di atas tanah. Oleh karena itu, poomsae melambangkan berbagai aspek yang terjadi dalam program perjuangan manusia untuk eksistensi. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di poomsae ini hansonnal olgul-makki, keumgang momtong-jireugi, anpalmok kodureo makki dan meJumeok yop pyojeok-chigi saja, dan garis poomsae menandakan seorang pria yang berdiri di bumi untuk bertumbuh ke arah langit.
Cheonkwon berarti ‘langit’. Langit seharusnya dilihat sebagai penguasa alam semesta. Misterius, tak terbatas dan mendalam. Gerakan Cheonkwon penuh kesalehan dan vitalitas.
Poomse Hansoo berasal dari fluiditas air yang mudah beradaptasi di dalam alam.
Negara budidaya spiritual dalam Buddhisme disebut ‘Ilyo’ yang berarti ‘kesatuan’ lebih atau kurang. Dalam Ilyo, tubuh dan pikiran, jiwa dan substansi, saya dan anda bersatu. Cita-cita utama dari Tae Kwon Do dapat ditemukan di negara ini. Ini adalah disiplin di mana kami berkonsentrasi pada setiap gerakan meninggalkan semua pikiran materialistis, obsesi dan pengaruh eksternal.
Ada tujuh pedoman yang sangat penting untuk diperhatikan dalam mempelajari  poomse, pertama (1) adalah pelajari dulu satu poomse dengan baik baru melangkah untuk mempelajari yang berikutnya. Mengapa demikian? Karena kekurangsempurnaan melakukan poomse awal sangat mempengaruhi penguasaan kemampuan poomse selanjutnya. Selanjutnya, (2) gerakan dimulai dan berakhir pada titik atau posisi yang sama, (3) kontrol ditujukan pada penyaluran dan pengerahan tenaga secara benar, (4) perhatikan perbedaan kecepatan pada setiap gerakan, (5) setiap langkah harus di-lakukan dengan konstan, (6) pelajari dengan benar pengaturan napas dan teriakan, serta (7) lakukan setiap teknik gerakan setepat mungkin.
Demikian sekilas tentang Taekwondo yang dapat disampaikan, dan merupakan hasil upaya saya untuk mencoba merangkum dan mengambil intisari dari berbagai referensi yang ada dengan harapan nantinya dapat bermanfaat dan digunakan untuk meningkatkan kompetensi para taekwondoin umumnya dan khususnya kedua putera saya yang telah berhasil memeperoleh "sabuk hitam Dan I"  di tahun 2012 ini pada usuianya yang masih muda yakni M. Fadhil Mufid pada usia 12 Tahun dan M. Fikri Azhari pada usia 10 Tahun.
Bravo...My Son...
-----
Jakarta,   Juni 2012