“Setiap kalian adalah pemimpin dan karenanya akan diminta
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Amir adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Lelaki adalah pemimpin di tengah
keluarganya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang
wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya dan ia akan
diminta pertanggungjawaban tentangnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta
tuannya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang itu. Dan setiap kalian
akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.”
Semua orang adalah pemimpin, namun hukum di dunia ini selalu
dualitas. Ada pemimpin dan ada orang yang dipimpin. Ada kepala/ketua, ada
pelaksana. Ada nahkoda, ada kelasi. Ketika seseorang berperan sebagai “pemimpin”
maka dia akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.
Agar dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinannya, maka seorang pemimpin harus lebih dahulu mampu memimpin hidupnya
sendiri, sebelum memimpin hidup orang lain. Kepemimpinan ideal adalah bahwa
para pemimpin itu senantiasa mengajak orang yang dipimpinnya kepada jalan Allah
dan kemudian secara aplikatif mereka memberikan ketaladanan dengan terlebih
dahulu, mencontohkan pengabdian dalam kehidupan sehari-hari.
Pemimpin bukanlah sekedar “boss”, yang minta dihormati,
dilayani dan senantisa memakai fasilitas “level boss”, tetapi pemimpin yang
memiliki “nurani” yakni sosok pemimpin yang akan memberikan dampak kebaikan
dalam kehidupan yang dipimpinnya, mempunyai keteladanan dalam kebaikan secara
universal, dan memiliki kesabaran dalam menegakkan kebenaran dengan tetap komitmen
menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah sehingga dapat berhadapan
dengan pihak yang justru menginginkan tersebarnya kebathilan dan kemaksiatan.
Pemimpin yang berkarakter “boss” kedudukannya sangat rentan
karena ia pemimpin penuh mimpi yang hanya bisa menulis skenario, namun belum
tentu bisa mementaskannya. Sebaliknya seorang pemimpin yang memiliki nurani
akan mampu menjadi sutradara sekaligus pemain dari lakon yang ditulisnya
sehingga menjadi pemimpin yang mampu menciptakan inspirasi.
Pemimpin yang memiliki nurani adalah pemimpin yang mempunyai
visi dan misi yang jelas, mampu menerima kegagalan (tidak hanya bisa menyalahkan
dan melimpahkan kegagalan pada anak buah), siap menerima kritik dan berusaha
mencari solusi bersama dengan orang yang dipimpinnya untuk mengatasi setiap
konflik dengan baik dan benar.
Menjadi pemimpin itu “sulit”, namun ingat bahwa “Setiap
kalian adalah pemimpin dan karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar